Perjalanan seseorang tidak bisa diprediksi, kapan akan terhenti atau di mana akan dilabuhkan.
Karena yang terjadi adalah kuasa Ilahi.
Perjalanan seseorang tidak bisa diprediksi, kapan akan terhenti atau di mana akan dilabuhkan.
KALAU HARUS menyebutkan dua benda yang selalu dibawa oleh orang modern, jawabannya adalah dompet dan ponsel pintar. Dompet penting karena berisi surat-surat legal dan uang tunai untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Sedangkan smartphone digunakan untuk berkomunikasi dan mengakses hiburan secara online.
Dengan status yang demikian krusial, maka tak heran masyarakat masa kini akan kesulitan jika harus memilih mana benda yang bisa ditinggal di rumah saat mereka beraktivitas di luar. Apalagi di era serbadigital ketika semua hal harus dipenuhi dengan cepat.
![]() |
| Aplikasi M-Syariah, nabung untung dan mudah. |
Namun manusia kadang tak punya pilihan selain menerima nasib. Ada saja saat mereka ketinggalan dompet di rumah yang memaksa memutar otak untuk menuntaskan pembayaran aneka transaksi. Di sinilah peran penting smartphone untuk diberdayakan. Dengan bekal jaringan internet di dalamnya, kita bisa melakukan pembayaran dan pembelian aneka barang secara cepat dan praktis.
Maka digital banking yang tersedia dalam bentuk mobile apps dalam telepon genggam menjadi tak terelakkan. Adalah sebuah keniscayaan bagi manusia modern untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk memudahkan hidup dan menuntaskan berbagai transaksi tanpa kendala berarti.
Rekening digital semakin populer karena faktor kenyamanan dan aksesibilitas yang mengagumkan. Nah, berikut ini sejumlah alasan mengapa orang cenderung memilih mobile apps untuk mengakses tabungan digital.
Mobile banking memungkinkan kita mengakses rekening bank kapan saja dan di mana saja hanya mengandalkan sekian ketuk atau swipe. Mengecek saldo, memantau history transaksi, membayar tagihan, dan terutama transfer uang ke mana pun sangat mudah tanpa harus mengunjungi kantor cabang yang mungkin merepotkan, baik dari segi tenaga maupun waktu.
Aplikasi digital banking yang tersedia dalam smartphone sangat mendukung kehidupan masa kini yang menuntut personalisasi. Kita bisa akses tanpa kendala selama tersedia koneksi internet, mau di rumah atau di kantor, dan bahkan selama liburan pun tidak jadi masalah. Selama mudik lebaran kemarin, aplikasi digital sangatlah diandalkan karena akses yang leluasa dan fleksibel memberi kemudahan dalam mengelola keuangan sesuai keinginan.
Manusia modern ingin semua serbacepat atau satset. Transaksi bank digital bisa diproses relatif lebih cepat dibandingkan teknik konvensional, karena kita mesti datang ke teller dan harus mengantre. Padahal kita menghendaki kecepatan.
Aplikasi digital banking makin lama makin aman dengan dukungan fitur keamanan tingkat tinggi dan berlapis, misalnya two-factor authentication, loin menggunakan biometric, enkripsi, face ID demi memproteksi informasi keuangan dari ancaman peretas atau scammer.
![]() |
POLUSI UDARA YANG kian tak terkendali berpotensi membuat mata mengalami iritasi. Lebih-lebih bagi pengendara motor atau pengguna jalan yang lain. Apakah naik mobil dan bus tetap terancam kotoran dan debu jalanan? Tentu saja iya, karena pada saat-saat tertentu penumpang tetap harus turun saat tiba di tujuan lalu berjalan menuju tempat yang dikehendaki.
Intinya, kita tak bisa terlepas dari ruang lingkup sekeliling saat berinteraksi dengan orang-orang sesuai kebutuhan. Setiap hari kita dituntut untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik beraktivitas di dalam maupun di luar ruangan. Dan untuk melancarkan niatan tersebut, kita mengandalkan mata sebagai pemandu dan penghimpun informasi--sebagai gerbang pertama sebelum kita membuat keputusan.
![]() |
| Terapi mata minus di VIO Opitical Clinic, pilihan ciamik buat siapa saja. |
| Mata yang sehat membuat dunia lebih berwarna. (Foto: iths.org) |
![]() |
| Scan retina menjadi pengaman yang teruji dibanding sidik jari. (Foto: medicalnewstoday.com) |
![]() |
| Terapi mata minus untuk membuat hidup terasa plus (Foto: verywellfamily.com) |
![]() |
| Terapi mata minus dengan metode Ortho-K di VIO Optical Clinic |
DI TENGAH NAIKNYA harga pangan dan ancaman resesi dunia, ada satu hal yang terlewat dari perhatian kita, terutama pada kondisi pascapandemi. Para penderita kusta, OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta), dan penyandang disabilitas lainnya seolah luput untuk mendapatkan perhatian dan perawatan semestinya.
Padahal data menunjukkan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat ketiga di dunia dalam jumlah penderita kusta di bawah India dan Brazil. Sungguh fakta yang memprihatinkan. Jika dibiarkan tanpa perawatan dan pengobatan, penyakit kusta bisa berujung pada kecacatan fisik yang tentunya akan berdampak pada lemahnya kepercayaan diri dan produktivitas ekonomi.
![]() |
| Kusta harus menjadi perhatian bersama. (Foto: siloamhospitals.com) |
Maka kehadiran NLR Indonesia sebagai organisasi nirlaba yang fokus menanggulangi kusta dan konsekuensinya layak diapresiasi. Lembaga yang didirikan tahun 2018 ini hadir dengan optimisme melalui slogan "Hingga Kita Bebas dari Kusta" dengan mengadopsi pendekatan tiga zero yang terbukti ampuh. Pendekatan itu meliputi zero transmission, zero disability, dan zero exclusion.
Sejak tahun 2021 sampai sekarang NLR Indonesia telah bekerja sama dengan KBR (Kantor Berita Radio) dalam menyiarkan program berisi penyadaran mengenai kusta dan mendorong pemenuhan hak anak serta kaum muda penyandang disabilitas akibat kusta maupun disabilitas lainnya.
Dalam satu dekade terakhir, kasus baru kusta yang ditemukan di Indonesia masih konstan antara 16.000 hingga 18.000 orang. Data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa per 24 Januari 2022 setidaknya tercatat 13.487 kasus kusta dengan 7.146 kasus penemuan kasus baru. Kita patut merenungkan temuan ini sebagai pijakan menyusun tindakan.
Itulah yang menggerakkan NLR Indonesia dengan terus berkomitmen untuk mengenyahkan kusta dari Bumi Nusantara sebab tahun 2021 masih ada enam provinsi dan 101 kabupaten/kota yang terdata belum meraih level eliminasi kusta sesuai target. Ini sinyal bahwa kusta masih jadi kendala. Selain ketidaktahuan publik tentang gejala kusta, penemuan dan lambatnya penanganan menjadi problem di lapangan.
Hal ini diperparah dengan stigma negatif bahwa kusta adalah penyakit kutukan sehingga penderita bisa saja merasa malu untuk mengakui dan selanjutnya memeriksakan diri agar mendapat perawatan dan pengobatan semestinya. Rendahnya kesadaran ini membuat kusta bebas ditularkan dan tak sedikit yang menyebabkan disabilitas. Belum lagi jika penderita atau OYPMK mengalami trauma yang berdampak pada menurunnya kepercayaan diri mereka.
Begitu besar dampak penyakit kusta dan kosekuensi psikologisnya, maka dibutuhkan perhatian khusus agar trauma mereka bisa dikikis. Seperti yang pernah dialami oleh Ardianysah, OYPMK yang kini menjadi wakil ketua Konsorsium Pelita (Peduli Disabilitas dan Kusta) Indonesia.
Hadir sebagai salah satu narasumber dalam Ruang Publik KBR bertajuk "Chilling-Healing bagi OYPMK, Perlukah?" yang digelar Rabu, 14 Desember 2022 secara streaming melalui Youtube, Ardianysah menuturkan pahitnya salah satu episode hidupnya akibat kusta. Setelah menjalani pengobatan di rumah sakit selama beberapa waktu, keluarga dan lingkaran terdekatnya rupanya tak bisa begitu saja menerima fakta bahwa dirinya adalah OYPMK.
Walau berat, Ardiansyah tak menyerah begitu saja. Ia mencoba mendekati keluarga dan kawan-kawan melalui karya. Ia meyakinkan mereka bahwa meskipun ia seorang yang pernah mengalami kusta, ia nyatanya bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar, baik sesama OYPMK maupun penyandang disabilitas lainnya.
"... (caranya dengan) meningkatkan kemampuan kita. Kita bisa berkarya sesuai passion dan kebisaan kita ini di mana sebenarnya. Kita harus kembangkan di situ dan menunjukkan kepada orang-orang yang selama ini tidak mendukung kita."
Ardiansyah, wakil ketua Konsorsium Pelita
Intinya, jangan pernah membatasi potensi diri apalagi merasa insecure yang malah berbahaya. Abaikan saja apa kata orang sebab itu tak akan berpengaruh selagi kita percaya diri dan bisa berkontribusi kepada lingkaran terdekat.
Ardiansyah juga menceritakan betapa bangganya dia bisa memberikan andil dalam membantu sesama OYPMK atau teman difabel yang pernah dirawat di RS dan harus membayar belasan juta. Berkat perannya, biaya yang harus dibayarkan bisa dikurangi hingga 50%. Ini adalah langkah kecil yang membukakan mata keluarga dan orang-orang terdekatnya bahwa ia bisa berkontribusi.
Acara Ruang Publik yang dihelat sejak pukul 9 pagi itu diwarnai dengan interaksi menarik dalam bentuk komentar dan pertanyaan. Bahkan tak sedikit yang mengapresiasi perjuangan Ardiansyah yang mampu bangkit dari keterpurukan akibat OYPMK lalu kini bisa mengabdikan dirinya dalam Pelita.
Disinggung tentang healing (proses pemulihan) atau chilling (relaks dan tenang) bagi OYPMK, Ardiansyah menyatakan bahwa menuliskan pengalaman itu bisa melepaskan beban sehingga OYPMK menjadi lega mungkin akibat trauma masa lalu atau penerimaan negatif masa kini. Jadi healing tidak harus berupa jalan-jalan yang mengeluarkan biaya.
Donna Swita yang menjadi narasumber kedua membenarkan pilihan itu. Perempuan yang merupakan executive director IWE (Institute of Women Empowerment) ini menambahkan bahwa journaling (mengabadikan pengalaman ala diary) bisa meredakan ketegangan. Cara lain yang juga bisa dicoba adalah meditas dan healing dance.
Namun, Donna mengingatkan bahwa teman-teman OYPMK atau penyandang disabilitas tak harus menjalankan semuanya--sesuaikan saja dengan kondisi dan kebutuhan. Yang penting konsep healing itu diperkenalkan terlebih dahulu bahwa healing atau bersantai (chilling) tidak melulu berbayar. Donna menggarisbawahi:
"Nah di dalam konsep itu ada nilai. Misalnya tidak diskriminatif, tidak menghakimi, bisa mengenal diri sendiri, melepaskan (let it go). Apa pun pilihan metodenya, basis awal yang perlu diperbaiki adalah cara berpikirnya."
Lebih lanjut Donna menuturkan bahwa pemulihan bagi OYPMK atau penyandang disabilitas meliputi lima dimensi: fisik, psikis, mental, relasional, dan spiritual. Nah, semua hal ini bisa dipenuhi dari informasi berlimpah yang tersedia di Internet. Perlu kejelian untuk memilah dan memilih man sumber yang bisa dimanfaatkan, jangan mudah termakan oleh konten yang banyak disebarkan orang--apalagi dalam lingkaran keluarga terdekat.
Melalui Ruang Publik KBR yang dipandu Rizal Wijaya kemarin, kita diingatkan bahwa ada saudara-saudara kita di Tanah air yang perlu mendapatkan perhatian. Bukan dalam bentuk belas kasihan, melainkan kerja sama dalam perlakuan yang tidak diskriminatif dan peluang yang sama sebagaimana orang pada umumnya.
Semogaa mereka yang terpinggirkan, atau selama ini perannya masih minimal, termasuk para wanita yang tergabung dalam IWE mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang melalui belajar dan komunitas dengan mendayagunakan potensi dan kecakapan yang mereka miliki sehingga kepemimpinan perempuan mampu berkontribusi baik secara sosial, pendidikan, dan ekonomi bagi pembangunan bangsa.
![]() |
| Generasi Tiger antimager, dengan inner strength Biskuat Academy 2022 |
“Peserta yang mengikuti Sekolah Bola Online BISKUAT ACADEMY 2022 berkesempatan untuk mendapatkan pelatihan dengan kurikulum yang disusun oleh pelatih bersertifikat UEFA yaitu Coach Timo Scheunemann, bimbingan langsung dari pemain Tim Nasional Indonesia, bahkan memenangkan kesempatan tur ke stadion sepak bola di Eropa dengan mengikuti tata cara yang sudah tersedia,” ujar Andhika J. Lestari yang merupakan Senior Brand Manager Biskuat.
Saya mulai ngeblog sejak 2007, saat masih kerja kantoran. Semula bikin di Multiply, lalu beralih ke blogspot, entah punya berapa blog--semuanya diisi atas dasar senang-senang karena memang awalnya hanya ikut teman. Barulah tahun 2011 ketika sudah resign dari pekerjaan, saya serius menggeluti blogging di platform Wordpress yang masih saya rawat hingga kini sebagai BBC (Blog Belalang Cerewet).
Setelah berkali-kali ikut kompetisi blog selama setahun dengan hasil nihil, tahun 2013 akhirnya menjadi tonggak ketika saya memenangi lomba menulis tentang trailer buku. Jadi sebelum buku itu diluncurkan, penerbit telah menyiapkan trailer di Youtube sebagai bocoran untuk dibahas dengan tema sesuai isi buku yang akan dirilis. Bagi saya kompetisi ini unik, baik gaya maupun hadiahnya, hehe. Satu buah Windows Phone pun mendarat di tangan, tatkala Android belum merajai seperti saat ini.
Sejak saat itu, menyadari blog bisa diandalkan sebagai pendulang cuan, saya kian mantap menekuni blogging. Mulai memperbaiki struktur kalimat, sesekali diselingi humor, mengedit foto, dan terutama berusaha membangun konsistensi menulis agar pembaca rutin mendapatkan pembaruan yang ajek.
Namun perkara itu jelas enggak mudah, sebab saat itu saya juga tengah merintis usaha kue yakni wingko Babat. Camilan khas Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan ini kami produksi sendiri dan kami titipkan di lapak-lapak terdekat yang punya potensi pasar yang besar. Dari sana kami mengenal produsen kue lain, antara lain lemper bakar, risoles, dadar gulung, dan tentu saja klepon.
![]() |
| Kenikmatan klepon karena tekstur dan rasanya, juga aromanya yang bikin semangat: on fire! (Foto: dok. pri) |
Kudapan terakhir itu paling 'nendang' karena bisa diterima di semua lidah dengan citarasa yang khas. Apalagi beberapa waktu lalu camilan tradisional ini sempat viral di media sosial lantaran dianggap kurang syar'i. Enggak heran kalau pamornya tetap mocer sebagai pengisi perut yang aduhai.
Menurut saya, alasan utama klepon disukai dan jadi primadona adalah sebab namanya. Itu karena namanya KLEP-ON, jadi siapa pun yang mengudapnya bisa mendapat suntikan energi untuk selalu ON! Beda lagi kalau namanya KLEP-OFF, agak sulit dibayangkan dampaknya, haha. Oke oke, ini humor yang jayus banget, so last year.
Namun saya serius ketika menulis bahwa kuliner itu enggak ada matinya. Saya juga enggak bercanda saat menyatakan bahwa industri kuliner ternyata menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi kreatif. Itu kata Menkeu Sri Mulyani sewaktu pandemi mulai melandai. Begini ujar beliau di akun Instagramnya.
“Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kuliner sebagai sub sektor penyumbang PDB terbesar dari ekonomi kreatif, rata-rata tiap tahun sekitar 43% dari total PDB ekonomi kreatif."
Bisnis kuliner memang menggiurkan walau harus diakui melibatkan rangkaian panjang sebelum produk disajikan atau diperjualbelikan. Dari proses memilih bahan, meracik bumbu, dan pengolahan, hingga pengemasan, ada proses yang tak bisa instan.
![]() |
| Nasi kebuli buatan sendiri, lebih enak karena bisa nambah sepuasnya. (Foto: dok. pri) |
Baik memproduksi wingko Babat maupun nasi kebuli, saya selalu membersamai istri dari awal sampai tuntas. Kegiatan memasak bersama ini membuat saya terilhami untuk memandang blogging dari perspektif dapur. Jika ingin bertahan sebagai bloger di tengah persaingan dan kemajuan zaman, beberapa inspirasi berikut bisa diadopsi sebagai kiat atau pelajaran.
1 | Mengiris bawang merah: harus tabah
Kalau ada teman yang terlihat berurai air mata, bukan berarti dia menangisi kepergian mantan. Boleh jadi mungkin ia sedang atau baru saja menyelesaikan tugas dapur yang mulia, yakni mengiris bawang.
Kenapa mulia? Sebab bawang merah boleh dibilang komponen wajib dalam hampir semua resepan masakan Nusantara. Sensasi segar dan rasa yang unik dari ulekan atau irisan bawang merah sangat memperkuat citarasa masakan.
Dalam blogging, kita harus mau melewati perjuangan dan pengorbanan jika ingin meraih kenikmatan, entah berupa post yang viral atau cuan dari tulisan. Dalam profesi apa pun, hampir tak ada orang yang langsung enak tanpa melalui pengorbanan berdarah-darah dan 'menangis' sebagaimana dilambangkan oleh aktivitas akibat mengiris bawang.
2 | Mengulek bumbu: rencanakan secara bertahap!
Waktu diminta mengulek, entah sambal atau bumbu lain, saya kerap mengeluh sebab harus mengeluarkan tenaga ekstra agar komponen di atas cobek bisa halus seluruhnya. Ternyata cara saya kurang tepat. Alih-alih mengulek semuanya, saya mestinya mengulek sebagian dahulu, sedikit demi sedikit. Ketika satu bagian sudah lembut, saya mulai mengambil bagian lain dalam cobek untuk diulek.
Dalam blogging pun kita enggak bisa menghadapi blog dengan serampangan. Untuk menjadi bloger yang sukses, kita harus punya perencanaan yang mantap, baik dari sisi konten maupun penyajian. Apalagi sekarang ketika medsos bisa menjadi corong bagi kemajuan blog kita, maka harus ada manajemen yang rapi.
Perlu ada penetapan skala prioritas agar tidak semua segmen dieksekusi pada saat yang sama, yang berakibat pada terforsirnya energi kita. Harus tahu dan bisa membuat rencana bertahap mana dulu yang harus diselesaikan. Kalau perlu dilakukan pemetaan masalah atau manajemen konten, lebih-lebih kalau blog kita mengambil niche tertentu. Kita kudu siapkan strategi untuk mengubah setiap rencana menjadi aksi yang sukses (tak harus berupa uang).
3 | Ada yang sensitif seperti santan
Suatu kali saya mendapat tugas untuk membantu pembuatan kolak pisang dan ubi merah. Tugas saya hanya mengaduk santan, tapi ternyata santannya pecah! Itu akibat keteledoran saya yang mendiamkan santan tanpa diaduk padahal panci sedang berada di atas tungku yang menyala.
Sebagai ranah lain, dalam blogging ada hal-hal sensitif yang perlu kita perhatikan. Tak semua bahan atau materi bisa kita unggah sebagai tulisan. Hal-hal privat seperti rahasia keluarga (misalnya pasangan) tentunya tak perlu kita sajikan sebagai konsumsi publik. Sebagaimana isu-isu yang menyinggung SARA yang harus kita hindari dengan berbagai pertimbangan. Peka dan empatik, itu kata kuncinya!
4 | Gula + garam aka kreativitas
Kelezatan makanan biasanya identik dengan gurih. Tentunya selsin lagi kue atau kudapan serupa ya. Rasa gurih normalnya didapatkan dari vetsin atau MSG yang sudah sangat populer di negeri kita.
Namun seiring waktu berjalan, penggunaan bahan ini dibatasi atau bahkan ditiadakan demi alasan kesehatan. Untuk menggantinya, kita bisa menggunakan gula dan garam yang dicampur bersama dalam adonan atau kuah.
Ini pelajaran soal kreativitas, bahwa bloger harus punya solusi atas keterbatasan yang dia alami. Tak ada kata mengeluh atau menyerah karena keterbatasan sumber daya. Tinggal putar otak untuk menemukan jalan sebagai alternatif.
Saya pikir ini cukup jadi renungan pada Hari Blogger Nasional tanggal 27 Oktober 2022. Sebagaimana orang suka makan, saya optimistis bahwa blog tetap akan dicari dan bahkan diburu asalkan konten (ibarat menu) diracik dengan kreativitas dan kesungguhan berdasar integritas.
Kamukah salah satunya, sobat doer?
Bisnis digital kini makin populer dan jadi tren di tengah masyarakat modern. Kecanggihan teknologi informasi tak pelak membuka jutaan peluang untuk dimanfaatkan dalam meraup keuntungan. Jaringan internet yang kian merata dan akses data yang harganya semakin terjangkau membuat jumlah warganet meningkat dengan berbagai perilaku digital yang potensial. Maka sungguh disayangkan jika peluang itu disia-siakan begitu saja.
Sebagai contoh, menurut data dari dsayce.com, setiap detik rata-rata muncul sekitar 6.000 cuitan di platform Twitter, baik aplikasi maupun website. Berdasarkan data per Agustus 2022 ini, berarti setidaknya ada 350.000 cuitan yang dikirimkan setiap menit, atau 500 juta cuitan setiap hari yang setara 200 miliar cuitan setiap tahun.
Orang modern semakin sadar bahwa pemasaran digital lebih efektif dan bahkan lebih murah dibanding pemasaran secara konvensional. Tanpa biaya tinggi, efek penyebarannya merata hingga ke seluruh dunia, thanks to social media. Berkat internet, pesan promosi atau branding bisa diakses 24 jam nonstop di mana pun selama akses digital tersedia.
![]() |
| SEO (search engine optimization) sangat penting. (Foto: pixabay/firmbee) |
Belum lagi Instagram dan TikTok yang semakin menancapkan tajinya sebagai medsos yang berpengaruh. Influencer terus datang dan saling bersaing mendapatkan coverage dengan memanfaatkan narasi atau story telling yang memikat.
Walau medsos kuat, posisi blog atau website tampaknya belum bisa digeser. Dibanding social media, blog dan portal website bisa menampilkan pesan yang panjang dengan dukungan tampilan yang lengkap. Blog tidak hanya mampu menampilkan tulisan, tetapi juga gambar/foto, video/animasi, dan tentu saja suara.
Inilah sebabnya mengapa search engine optimization (SEO) itu vital untuk meningkatkan bisnis digital. Platform yang ada bisa dioptimalkan sesuai harapan dengan SEO yang mantap. Penggunaan SEO yang konsisten dalam teks blog maupun website akan membantu pesan-pesan brand ditemukan oleh calon konsumen yang berpotensi menjadi pelanggan.
Istilah search engine optimization yang kemudian dikenal dengan sebutan SEO sebenarnya kali pertama muncul pada tanggal 26 Juli tahun 1997 dalam sebuah pesan spam yang diunggah di Usenet. Saat itu memang algoritma search engine belum terlalu kompleks sehingga manipulasi masih mungkin dibuat. Kini SEO tools sudah banyak tersedia yang kian memudahkan kita untuk memetakan kebutuhan, termasuk peningkatan kinerja bisnis digital.
Untuk dapat moncer di mesin pencarian, kita sebagai pemilik bisnis digital harus memahami apa yang dibutuhkan oleh calon pelanggan. Lebih-lebih jika pasar kita adalah ceruk (niche), maka kita harus lebih jeli membaca kemauan konsumen agar setia sebagai pelanggan. Pemahaman yang baik akan keinginan konsumen akan memudahkan kita merancang materi pemasaran dan didukung dengan search engine optimization.
Langkah selanjutnya, pastikan kita menyajikan konten yang bermutu sesuai kebutuhan konsumen berdasarkan riset pasar. Konten yang menarik bukan hanya bagus dari segi penyajian visual dan tulisan, tetapi juga dirumuskan dengan dukungan SEO yang tepat agar menyebar di tangan konsumen yang membutuhkan saat dicari di search engine.
Google menyukai konten berbobot, bukan hanya dirancang selektif menggunakan kalimat atau kata kunci yang efektif, tetapi juga panjang yang terukur bukan berupa spam atau narasi panjang yang nirpesan berarti. Inilah pentingnya bangunan SEO yang kuat karena memang vital untuk mendongkrak bisnis digital.
Untuk lebih menggaungkan pesan, gunakan social media untuk membantu perambahan oleh mesin pencari. Tak harus menyewa tenaga ahli untuk meng-handle akun medsos, kita sendiri pun bisa mengelolanya asalkan telah menyiapkan konten bermutu di blog dengan basis SEO yang kuat.
Jika hal-hal di atas kita perhatikan, maka kesuksesan bisnis digital tak lama lagi bisa kita rasakan. Yang penting, produk harus bagus, didukung dengan konten yang bermutu dan penyusunannya menggunakan SEO sesuai kebutuhan agar lebih matang dalam pemasaran. Tentu, jika tak sanggup, kita bisa mengandalkan jasa orang untuk melakukannya.
Perempuan muda itu tersenyum semringah saat diminta naik ke panggung yang meriah. Kemeriahan semakin memuncak ketika MC mengumumkan bahwa dia berhasil memenangkan hadiah sebesar Rp20.000.000 untuk kategori best of the best dalam sebuah kompetisi blog berskala nasional. Riuh tepuk tangan hadirin segera memenuhi ruangan tanpa dikomando, ikut larut dalam kebahagiaan yang melingkupi Molzania malam itu.
Molzania adalah nama pena Firsty Ukhti Molyndi yang ia gunakan saat menulis di blog. Belum lama ini perempuan asal Palembang ini berhasil menorehkan prestasi gemilang di jagat blogging Tanah Air setelah menyisihkan ribuan entri yang masuk ke meja juri. Terbang dari Kota Pempek untuk hadir di Jakarta bersama kedua orangtuanya sungguh menjadi momen yang sangat berkesan, baik secara materiil maupun moril. Kondisinya sebagai seorang penyandang disabilitas tak menghalanginya untuk berprestasi dan mendapatkan kecukupan ekonomi. Beraktivitas dia tas kursi roda tak membatasinya untuk terus produktif merenda prestasi demi prestasi sebagaimana didokumentasikan di blog pribadinya.
![]() |
| Penyandang disabilitas juga bisa berkarya. (Foto: pexels/Marcus Aurelius |
Sepenggal fragmen kehidupan Molzania menunjukkan bahwa keterbatasan fisik seseorang sama sekali bukan penghambat untuk meraih kesuksesan. Dalam kursi roda pun Molzania tetap berkarya, baik menulis di blog maupun berbagai buku antologi. Semangat belajarnya yang tinggi dan jejaring yang terus ia bangun membuatnya diganjar imbalan setimpal baik hadiah gadget ataupun uang jutaan rupiah.
Saya tertarik membuka blog post kali ini dengan kisah Molzania sebab di tengah masyarakat ada semacam keyakinan atau kekhawatiran bahwa penyandang disabilitas—termasuk Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)—kerap diidentikkan dengan kemiskinan. Jika pernyataan ini sering digaungkan, maka potensinya bisa sangat merusak sebab dapat menyurutkan optimisme penyandang disabilitas dengan alasan apa pun. Padahal kondisi fisik yang terbatas, seperti kasus Molzania, tetap bisa mendukung kesuksesan asalkan ada niat dan semangat untuk maju.
Kecenderungan inilah yang mendorong NLR Indonesia untuk menggelar talkshow Ruang Publik KBR dengan dukungan KBR (Kantor Berita Radio) yang selalu setia menyuarakan isu-isu penting di Tanah Air, terutama tema-tema yang selama ini termaginalkan seperti pemberdayaan OYPMK dan inklusi penyandang disabilitas dalam masyarakat.
NLR Indonesia adalah organisasi nonpemerintah yang didirikan di Belanda tahun 1967 khusus untuk menanggulangi kusta dan dampaknya di seluruh dunia. NLR mengadopsi pendekatan tiga zero yang meliputi zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas), dan zero exclusion (nihil eksklusi).
Zero transmission berarti upaya memberantas penyakit kusta agar tidak menular ke orang lain dari penderita yang sudah terkena. Zero disability adalah upaya mendorong kegiatan penemuan kasus kusta sedini mungkin untuk mencegah terjadinya kecacatan sementara atau permanen pada penderita lewat diagnosis dan pengobatan yang tepat.
![]() |
| Mendiskriminasi OYPMK dan penyandang disabilitas adalah kesalahan. (Foto: pixabay.com) |
Adapun zero exclusion artinya NLR Indonesia bersinergi dengan pihak terkait untuk mewujudkan inklusivitas bagi OYPMK maupun penyandang disabilitas lainnya. Jangan sampai mereka mendapatkan perilaku diskriminatif atau perundungan akibat stigma negatif mengenai OYPMK dan penyandang disabilitas yang kurang beruntung.
Lewat acara yang digelar lewat Youtube Live Rabu, 28 September 2022 lalu, NLR ingin mengikis jarak antara orang normal dan OYPMK atau penyandang disabilitas denganmemberikan kesempatan sepadan dalam mengakses layanan publik atau peluang kerja. Sebab menurut laporan Catatan Akhir Tahun Formasi Disabilitas, disebutkan bahwa:
“Dalam banyak cerita pengalaman OYPMK berinteraksi dengan orang banyak, pengabaian sering dihadapi dengan berat hati dan bagi pihak pengabai, pemisahan ruang penghidupan antara orang yang sedang mengalami atau pernah mengalami kusta dengan orang yang tidak mengalami kusta menjadi tindakan yang dinilai sudah seharusnya”.
Jadi apakah kemiskinan akibat disabilitas dan kusta itu mitos atau fakta? Faktanya, mereka mengalami diskriminasi yang menghambat mereka mendapatkan akses pada layanan umum dan kesempatan bekerja. Inilah yang perlu dibedah agar ditemukan titik terang sehingga hal-hal yang tak tak diinginkan seperti itu tak perlu terjadi dalam masyarakat beradab masa kini, terutama bagi OYPMK dan penyandang disabilitas yang sudah cukup menderita akibat keterbatasan yang mereka alami.
Keberadaan NLR Indonesia dengan slogannya “Hingga kita bebas dari kusta” masih sangat dibutuhkan sebab ternyata Indonesia masih menjadi negara dengan kasus kusta tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Dalam 10 tahun terakhir, penemuan kasus baru kusta di Indonesia cenderung stagnan yakni antara 16.000-18.000 orang. Sedangkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI per 24 Januari 2022 menunjukkan bahwa jumlah kasus kusta terdaftar mencapai 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus. Bukankah ini angka yang mengkhawatirkan?
Yang lebih memprihatinkan, pada tahun 2021 sebanyak 6 provinsi dan 101 kabupaten/kota tercatat masih belum mencapai eliminasi kusta sesuai harapan. Data ini mengindikasikan bahwa penemuan dan penanganan kusta mengalami keterlambatan. Ditambah lagi ketidaktahuan publik tentang gejala kusta serta stigma negatif atas penyakit tersebut—sebagai penyakit kutukan—membuat kesadaran memeriksakan diri akibat gejala kusta menjadi sangat rendah. Walhasil, kusta terus ditularkan tanpa disadari dan sebagian kasus disabilitas pun terjadi yang berdampak pada menurunnya produktivitas ekonomi.
Selama ini OYPMK—apalagi yang sampai jadi penyandang disabilitas—mengalami problem sosial karena dijauhi dalam pergaulan sosial sehingga kemampuan ekonomi menurun juga lantaran rasa tidak percaya diri dengan keadaan dirinya. Sungguh ini masalah yang kompleks karena berdampak secara psikologis juga. Talkshow yang diudarakan di KBR atas inisiatif NLR Indonesia adalah langkah positif untuk mendorong agar OYPMK dan penyandang disabilitas mencapai taraf hidup yang layak dengan lingkungan inklusif yang mereka impikan.
Hadir sebagai salah satu narasumber adalah Sunarman Sukamto, Amd., selaku Tenaga Ahli Kedeputian V dari Kantor Staff Presiden (KSP) yang membidangi isu HAM dan disabilitas. Pria yang akrab disapa Pak Maman itu menegaskan bahwa perlu kerja sama dan kolaborasi lintas sektor untuk menanggulangi kemiskinan akibat kusta sebab isu kusta membutuhkan pendekatan multidimensi, bukan hanya kesehatan melainkan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Harus ada kesadaran untuk menyelesaikan masalah dari kementerian, lembaga, dan pemerintahan daerah. Para OYPMK dan penyandang disabilitas pun mesti terlibat sebab merekalah yang akan menjadi agen perubahan untuk memupus kemiskinan yang terlanjur diidentikkan dengan kusta.
Dalam kesempatan yang sama, Maman juga menambahkan bahwa saat ini tengah digodok peta jalan (roadmap) untuk bisa mewujudkan eradikasi atau pemusnahan total terhadap kusta, bukan sekadar eliminasi. Oleh karena itu, acara kemarin dianggap menjadi momentum yang tepat untuk kembali mengangkat isu kusta yang berdampak pada disabilitas yang selama ini terpinggirkan.
Maman menuturkan bahwa Presiden RI Joko Widodo juga telah menegaskan betapa isu disabilitas bukan lagi isu charity-based atau atas dasar belas kasihan, melainkan harus dilihat dalam paradigma HAM. Ini menunjukkan bahwa isu penyandang disabilitas memang serius, baik karena penyakit kusta atau penyebab lainnya.
Lalu apa saja langkah pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yang dialami mereka yang menyandang disabilitas, termasuk OYPMK? Ada sejumlah program yang digagas dan selama ini telah diimplementasikan melalui Kementerian Sosial. Pertama, bantuan berupa sembako. Sembako didistribusikan kepada para penyandang disabilitas, termasuk OYPMK, yang tergolong miskin.
Itu syarat pertama, yakni penerima haruslah lemah secara ekonomi. Syarat kedua, nama penerima harus masuk dalam DTKS atau Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang dihimpun oleh Kementerian Sosial.
Hal ini disampaikan oleh Dwi Rahayuningsih yang merupakan perencana ahli muda dari Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian PPN/Bappenas yang juga diundang sebagai narasumber.
Masih menurut Dwi, program berikutnya adalah bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial dan penyaluran alat bantu. Lalu ada program kemandirian usaha yang diperuntukkan bagi mereka yang masih menerima diskriminasi secara sosial di lingkungannya. Dengan demikian, para penyandang disabilitas dan OYPMK bisa mengakses pilihan program tersebut sesuai kondisi masing-masing.
Selain itu, Kementerian Sosial bersama dinas sosial di sejumlah wilayah dengan dukungan pemerintah daerah menyediakan shelter ekskusta yakni rumah yang bisa dihuni oleh OYPMK. Misalnya di Jawa Timur ada di Dusun Sumberglagah Desa Tanjungkenongo, Kabupaten Mojokerto. Ada juga di Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo, Jepara, Jawa Tengah. Lalu ada pula Kompleks Penderita Kusta Jongaya di kota Makassar yang sangat bermanfaat bagi masyarakat penderita kusta.
Dwi mengakui bahwa impementasi program memang belum sempurna. Namun ia meyakinkan bahwa pemerintah lewat Bappenas saat ini tengah mengoordinasikan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional penyandang disabilitas dengan 7 (tujuh) sasaran strategis. Salah satu sasaran strategisnya secara spesifik mengatur peningkatan pemberdayaan masyarakat, termasuk kesejahteraan penyandang disabilitas.
Lewat rencana aksi ini, diharapkan agar cakupan bantuan sosial semakin luas dan perlindungan sosial bagi penyandang disabilitas bisa semakin merata dirasakan. Dwi menegaskan bahwa pemerintah mendorong pemberian kesempatan kerja bagi OYPMK dan penyandang disabilitas di perusahaan swasta (sebanyak 1% dari total karyawan) sedangkan untuk BUMN/BUMD adalah 2%.
Yang tak kalah penting, perusahaan swasta juga diharapkan mempergunakan dana CSR (Corporate Social Responsibility) untuk program yang memberdayakan OYPMK dan penyandang disabilitas sehingga mereka akan memiliki kepercayaan diri bahwa mereka bisa berkontribusi untuk meraih produktivitas ekonomi. Dengan demikian, lingkaran kemiskinan yang sering dilekatkan pada mereka bisa diputus berkat kesempatan kerja dan kesadaran masyarakat untuk menerima mereka sebagai manusia merdeka.
Lambat laun, ketika semua pihak bekerja sama, maka bukan mustahil para penyandang disabilitas akan bisa mentas dan OYPMK bisa berkarya tanpa merasa diteror oleh jahatnya stigma.